Kingdom Animalia: Klasifikasi dan Manfaat bagi Kehidupan Manusia
A. Klasifikasi Kingdom Animalia
Kingdom Animalia yang kita kenal sebagai hewan, memiliki bentuk yang beraneka ragam. Mulai dari Porifera yang sederhana hingga paus biru yang merupakan Mammalia terbesar. Semua anggota kingdom Animalia merupakan organisme multiseluler.
Tidak seperti Protista yang melakukan semua aktivitas biologisnya dalam satu sel, Animalia memiliki sel-sel yang telah terspesialisasi. Sel-sel yang telah terspesialisasi ini hanya mampu melakukan fungsi tertentu dan tidak dapat melakukan fungsi yang lain. Sel hewan yang berfungsi sebagai penyusun alat gerak atau sistem pencernaan, memerlukan sel lainnya untuk dapat melaksanakan fungsinya. Contohnya, sel darah merah yang memberikan suplai oksigen bagi sel saraf.
Anggota kingdom Animalia bersifat heterotrof. Hewan tidak dapat memproduksi makanan sendiri, hanya dapat memperoleh makanan dari organisme lain. Hewan merupakan organisme multiseluler dan sel-selnya telah terspesialisasi, anggota kingdom Animalia memiliki sistem pencernaan dan sistem transpor. Makanan yang didapat kemudian dicerna menjadi molekul sederhana dan disalurkan ke seluruh sel tubuh melalui sistem transpor.
Dari sekitar dua juta spesies kingdom Animalia, 97 persen merupakan kelompok invertebrata, yaitu hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Adapun, tiga persen sisanya merupakan kelompok vertebrata, hewan yang memiliki tulang belakang. Namun, perlu diingat bahwa pembagian hewan ke dalam dua kelompok tersebut bukanlah pembagian secara formal berdasarkan taksonomi, melainkan peninggalan sistem klasifikasi terdahulu.
Dari sekian banyak anggota kingdom Animalia, para ahli taksonomi melakukan klasifikasi berdasarkan empat hal, yakni simetri tubuh, rongga tubuh, jumlah lapisan tubuh, dan segmentasi tubuh.
Berdasarkan simetri tubuhnya, terdapat hewan yang memiliki simetri tubuh bilateral dan simetri tubuh radial. Pada simetri tubuh bilateral, hanya terdapat satu bidang pembelahan khayal yang membagi tubuh sama besar sehingga memiliki bagian tubuh anterior (depan), posterior (belakang), dorsal (atas), dan ventral (bawah). Pada simetri radial, hanya memiliki bagian dorsal (atas) dan ventral (bawah) saja.
Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hewan terbagi menjadi hewan diploblastik dan triploblastik. Hewan diploblastik merupakan hewan yang tubuhnya memiliki lapisan ektoderm dan lapisan endoderm. Contoh hewan kelompok ini adalah Porifera. Adapun hewan triploblastik adalah hewan yang tubuhnya memiliki tiga lapisan yaitu lapisan paling luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Hewan triploblastik ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu Acoelomata, Pseudocoelomata, dan Coelomata.
Acoelomata adalah hewan yang bertubuh padat tanpa rongga (coelom) di antara usus dan tubuh bagian luarnya. Contoh dari hewan ini antara lain anggota Platyhelminthes (cacing pipih). Pseudocoelomata adalah hewan yang memiliki rongga (coelom) di dalam saluran tubuhnya. Rongga tersebut berisi cairan, yang memisahkan alat pencernaan dengan lapisan mesoderm dan ektoderm. Contoh hewan dari kelompok ini adalah Nematoda (cacing gilig) dan Porifera.
Adapun Coelomata merupakan hewan yang memiliki rongga tubuh (coelom) berisi cairan dan memiliki sekat. Sekat-sekat tersebut berasal dari jaringan mesoderm.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kingdom Animalia dikelompokkan antara lain menjadi 14 filum. Keempat belas filum tersebut terdiri atas dua kelompok besar, yaitu invertebrata (tidak bertulang belakang) dan vertebrata (hewan bertulang belakang).
Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa filum dari kingdom Animalia baik dari kelompok invertebrata maupun vertebrata. Filum-filum tersebut adalah Porifera, Cnidaria, Plathyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda, dan Chordata.
1. Filum Porifera
Porifera sulit dikenali sebagai hewan. Filum Porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, mereka tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi Porifera sebagai tanaman laut.
Tubuh Porifera dihubungkan oleh saluran-saluran. Saluran-saluran tersebut terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Pori-pori inilah yang membuat filum ini dinamakan filum Porifera. Sesuai dengan asal kata porus yang memiliki arti lubang kecil dan faro yang memiliki arti mengandung atau membawa. Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil.
Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut spongin.
Beberapa Porifera memiliki spikula yang terbuat dari kalsium karbonat, silika maupun keduanya. Mineral rangka Porifera sangat mudah menempel bersama batuan karang. Oleh karena itu, rangka Porifera banyak ditemukan di batuan karang. Rangka tersebut dapat bertahan hingga 500 juta tahun lamanya.
a. Ciri-Ciri Porifera
Beberapa Porifera memiliki tubuh simetri radial, namun pada umumnya tubuh Porifera asimetrik (tidak memiliki bidang pembelahan yang sama besar). Porifera merupakan hewan yang memiliki jaringan primitif dan belum memiliki organ.
Ciri-ciri Porifera secara umum memiliki empat tipe sel dasar yang terorganisasi menjadi dua lapisan tubuh. Lapisan yang paling luar disebut epidermis. Pada epidermis, sel-sel silindris yang disebut porosit membuat air dapat masuk ke rongga tubuh Porifera.
Di bagian dalam epidermis terdapat material seperti jeli yang disebut mesenkim. Di dalam mesenkim terdapat struktur yang disebut spikula. Spikula memiliki dua fungsi, yaitu memberi bentuk pada sel, dan melindungi Porifera dari predatornya.
Bagian dalam rongga tubuh Porifera dilapisi jaringan yang terdiri atas sel-sel berflagel yang disebut sel kolar. Sel kolar menyaring partikel-partikel makanan, seperti alga dan sisa-sisa bahan-bahan organik dari air. Dengan cara inilah, sel kolar menyuplai makanan untuk dirinya sendiri dan sel-sel lainnya. Sisa makanan akan dibuang melalui oskulum yang terdapat pada ujung rongga tubuh. Perhatikan.
Tipe sel yang keempat dari Porifera adalah sel-sel yang mirip dengan Amoeba. Sel-sel ini disebut sel amoebosit yang dapat bergerak menggunakan pseudopodia. Amoebosit memiliki beberapa fungsi, seperti mencari partikelpartikel makanan dari sel-sel kolar ke sel-sel epidermal dan porosit.
b. Reproduksi Porifera
Porifera dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Secara aseksual, Porifera bereproduksi dengan cara bertunas. Cara reproduksi aseksual lainnya adalah dengan memproduksi amoebosit yang dikelilingi oleh suatu "dinding". Struktur ini dinamakan gemule. Gemule dapat bertahan di cuaca yang sangat dingin atau di musim dingin. Pada saat musim semi, dinding gemule terurai dan amoebosit berdiferensiasi menjadi individu baru.
Pada umumnya, Porifera adalah hermafrodit (memiliki dua alat kelamin dalam tubuhnya). Porifera memproduksi baik sel telur maupun sperma. Sel telur dan sel sperma diproduksi oleh amoebosit atau sel-sel kolar melalui meiosis. Pembuahan pada Porifera terjadi di luar tubuh atau disebut pembuahan luar. Hasil pembuahan menghasilkan zigot yang akan membelah dan membentuk larva berflagel. Larva tersebut berada di permukaan air dan akan tumbuh menjadi bentuk dewasa yang sesil (menempel). Beberapa spesies Porifera, antara lain Spongia sp. dan Sycon sp..
2. Filum Cnidaria
Filum Cnidaria adalah kumpulan binatang menarik yang ada di perairan. Ubur-ubur, anemon laut, dan koral yang anggun merupakan contoh makhluk hidup yang termasuk ke dalam kelompok filum ini. Semua Cnidaria, tubuhnya simetri radial dan memiliki dua lapisan tubuh, endodermis dan ektodermis. Di antara dua lapisan tersebut terdapat materi seperti jeli yang disebut mesoglea. Sel-selnya lebih terspesialisasi dibandingkan Porifera. Umumnya Cnidaria memiliki daur hidup yang terdiri atas medusa dan polip.
Kebanyakan Cnidaria hidup di air laut. Dari 10.000 jenis Cnidaria, hanya beberapa yang hidup di air tawar. Pada umumnya, Cnidaria adalah karnivora, tetapi tidak aktif mencari makanan atau mengejar mangsanya. Cnidaria menangkap makanannya secara tiba-tiba melalui sel-sel penangkap istimewa mereka berupa lengan-lengan halus yang mengelilingi tubuh (tentakel). Tentakel Cnidaria memiliki sel knidoblas yang mengandung kapsul penyengat nematosis. Sel tersebut berguna dalam pertahanan tubuh dan mencari makan.
a. Kelas Scyphozoa
Cnidaria ini hidup dengan dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Polip adalah bentuk yang tidak bergerak seperti vas bunga menempel di dasar perairan. Medusa adalah bentuk yang dapat berenang bebas. Medusa bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan sel telur dan sel sperma. Setelah pembuahan, zigot berkembang menjadi blastula yang diperpanjang membentuk larva bersilia yang disebut planula.
Planula biasanya menempel di dasar air dan akan tumbuh menjadi polip. Polip bereproduksi secara aseksual dengan membentuk medusa.
Pergiliran tahap seksual dan aseksual pada Coelenterata mirip pergiliran keturunan pada tumbuhan. Akan tetapi, pada Coelenterata tidak ada generasi haploid. Baik medusa maupun polip adalah diploid. Contoh spesies kelas Scyphozoa, yakni Aurelia sp. dan Pelagia sp.
b. Kelas Hydrozoa
Salah satu contoh Hydrozoa yang terkenal adalah Hydra. Hydra adalah Cnidaria yang umum dan hidup di air tawar. Struktur Hydra mirip dengan polip Coelenterata. Hydra tidak memiliki tahapan medusa. Hydra sangat kecil, kira-kira panjangnya 0,5 cm. Tubuh Hydra berbentuk silinder dengan dua lapis sel. Lapisan dalam adalah endoderm dan lapisan luar adalah ektoderm. Di antara dua lapisan tersebut, terdapat mesoglea. Hydra umumnya memiliki tentakel yang berfungsi menangkap mangsa yang mengapung di permukaan air.
Hydra bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas, beberapa spesies Hydra adalah hermafrodit. Contoh Hydrozoa lainnya, yakni Obelia sp. dan Gonionemus sp.
c. Kelas Anthozoa
Anemon laut dan koral merupakan anggota dari kelas Anthozoa. Mereka hidup hanya dalam bentuk polip. Bentuk polip dari anemon laut, lebih kompleks daripada struktur Hydra. Gastrovaskuler anemon laut dibagi menjadi bagian-bagian kecil. Anemon laut memakan binatang-binatang kecil, termasuk ikan-ikan kecil.
Bentuk polip dari koral menyekresikan kalsium karbonat di sekitar tubuhnya. Kebanyakan koral berukuran kecil, berkoloni, dan bersatu membentuk massa yang besar. Generasi polip baru tumbuh di atas generasi lama. Koral bervariasi dalam hal warna dan bentuk.
Beberapa jenis koral, melakukan simbiosis mutualisme dengan Dinoflagellata. Koral dengan polipnya melindungi dinoflagella, sedangkan dinoflagella menyediakan oksigen dan mendaur ulang sisa metabolisme koral. Koral terkadang dapat hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak dan membentuk susunan yang disebut coral reef. Contohnya adalah The Great Barrier Reef di Australia yang panjangnya hampir 2.000 km. Contoh spesies Anthozoa, yakni Stephanauge sp., Tubifora musica, dan Acropora.
3. Filum Platyhelminthes
Anggota filum Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga lapisan tubuh (triploblastik). Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit. Demikian juga karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke lingkungannya.
Cacing pipih adalah hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian kepalanya. Tubuhnya simetri bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di bagian ujung anterior dan dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan sensor cahaya dan kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan berada.
Sel-sel saraf Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di bagian tepi tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan mengirim informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf Platyhelminthes membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion otak yang terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas, antara lain Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.
Filum Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya termasuk hermafrodit. Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi dengan penyatuan sperma dan ovum.
a. Kelas Turbellaria
Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu contohnya, yaitu planaria (Dugesia sp.) yang hidup di aliran sungai dan dasar danau. Planaria biasanya memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit.
Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin (hermafrodit).
Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya.
Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan planaria yang lain.
b. Kelas Trematoda
Trematoda dikenal juga sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda memiliki organ dan sistem organ yang mirip dengan Turbellaria.
Kebanyakan Trematoda hidup parasit. Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula. Kutikula melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Selain itu, Trematoda memiliki alat isap (sucker) yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus inang.
Meskipun Trematoda merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus melakukan fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh Trematoda yang cukup dikenal. Cacing parasit umumnya memerlukan lebih dari satu inang dalam siklus hidupnya.
Siklus hidup cacing hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai ke kolam atau danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8 jam, larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis.
Sporokis berkembang menjadi redia atau larva II secara partenogenesis (perkembangan menjadi individu baru tanpa dibuahi). Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Kemudian, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk metaserkaria (kista) yang mampu hidup beberapa bulan. Jika termakan kambing atau ternak, kista akan pecah dan larva masuk ke usus. Setelah itu larva menembus usus menuju hati, kemudian tumbuh dan berkembang biak menghasilkan telur.
Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski, dan Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap maupun sementara.
c. Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda atau cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Tidak seperti cacing lainnya, cacing pita memiliki tubuh yang terbagibagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid. Cacing pita terus membuat proglotid-proglotid baru di belakang kepalanya. Proglotid adalah calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuan proglotid.
Siklus hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih. Mereka melibatkan satu, dua, atau tiga organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat ditularkan melalui daging babi atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik. Daging-daging tersebut mengandung larva cacing pita.
Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Larva Taenia solium hidup di tubuh babi, sedangkan larva Taenia saginata hidup di tubuh sapi.
4. Filum Nematoda
Nematoda merupakan cacing silindris tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh triploblastik (pseudocoelom), dan hidup bebas maupun parasitik. Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Dapat ditemukan pada perairan, tanah basah, jaringan tumbuhan, dan jaringan hewan atau manusia. Memiliki sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah.
Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada cacing betina. Reproduksi dilakukan secara seksual dan terjadi di dalam tubuh (internal). Zigot yang dihasilkan pada hampir semua spesies tahan terhadap kondisi buruk. Contoh spesies filum ini, antara lain cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale), cacing kremi (Oxyuris vermicularis), dan cacing filaria (Wuchereria bancrofti).
Cacing gelang atau yang disebut juga cacing perut, merupakan parasit pada usus halus manusia. Cacing dengan panjang 15 cm –35 cm ini memiliki warna tubuh putih kekuning-kuningan, mulut di bagian anterior, dan dilengkapi 3 buah bibir. Cacing betina mampu menghasilkan sekitar 200 ribu telur dalam satu kali pengeluaran.
Telur terbawa bersama feses dan dapat masuk tubuh melalui makanan atau telapak kaki. Dalam usus halus, telur menetas dan menjadi larva kecil. Setelah menembus dinding usus, larva terbawa aliran darah sampai jantung dan paru-paru. Dalam paru-paru, larva dapat mencapai trakea sehingga tertelan kembali ke usus halus dan tumbuh dewasa. Cacing gelang ini merupakan penyebab penyakit ascariasis.
Cacing tambang hidup di usus manusia dan dapat mengisap darah dan cairan tubuh manusia. Cacing filaria (Wuchereria bancrofti) hidup di pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh getah bening yang mengakibatkan penyakit kaki gajah (elephantiasis). Cacing ini disebarkan oleh tusukan nyamuk Culex.
5. Filum Annelida
Dua ciri utama pada Filum Annelida adalah memiliki rongga tubuh sejati dan tubuhnya bersegmen. Setiap segmen ini dinamakan somit. Struktur somit-somit pada cacing disebut metameri. Annelida memiliki peredaran darah tertutup yang dilengkapi pembuluh darah. Sistem saraf terdiri atas otak dan tali saraf yang disebut sistem saraf tangga tali. Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Kelas Polychaeta
Polychaeta berasal dari kata poly yang artinya banyak dan chaeta yang artinya rambut. Semua anggota Polychaeta hidup di laut. Tubuhnya memiliki rambut-rambut pada setiap parapodia. Parapodia merupakan struktur seperti daging pada setiap segmen tubuh Polychaeta yang dapat berfungsi sebagai alat gerak. Pada banyak Polychaeta, parapodia berfungsi juga sebagai insang yang merupakan perpanjangan area kulit untuk pernapasan. Contoh Polychaeta, antara lain Nereis virens, cacing wawo (Lysidice oele), dan cacing palolo (Eunice viridis).
b. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari kata oligos yang artinya sedikit dan chaeta yang artinya rambut. Anggota Oligochaeta hidup di tanah dan beberapa spesies hidup di air.
Cacing tanah (Pheretima sp.) adalah spesies yang paling dikenal dari sekitar 2500 spesies Oligochaeta. Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Seperti pada cacing-cacing lainnya, cacing tanah adalah hermafrodit. Perkembangan cacing tanah terjadi secara internal dan dibantu oleh klitelium yang berfungsi sebagai organ seksual. Klitelium adalah penebalan segmen cacing, yaitu antara segmen ke 32–37. Sel telur diproduksi di ovari yang berada di segmen ke-13. Testis yang memproduksi sperma dapat ditemukan di segmen ke-10 dan ke-11.
Ketika kawin, dua cacing tanah akan berdampingan. Sperma pindah dari satu cacing tanah ke cacing tanah lainnya. Sperma disimpan untuk sementara waktu pada klitelium. Setelah berpisah, setiap cacing tanah menyekresikan lendir yang setelah kering disebut kapsul (coccon). Kapsul tetap berada di sekitar klitelum. Sel telur bergerak menuju kapsul dalam tubuh cacing. Sperma yang disimpan juga dilepaskan ke dalam kapsul maka terjadilah fertilisasi. Kapsul dilepaskan oleh cacing dan dibiarkan di atas tanah. Telur tersebut akan tumbuh menjadi cacing-cacing kecil.
c. Kelas Hirudinea
Hirudinea atau lintah dikenal sebagai parasit pengisap darah. Lebih dari 300 spesies hidup bebas di alam. Lintah yang tidak parasit, memakan cacing, siput, dan larva-larva serangga. Lintah parasit menempel di permukaan tubuh binatang, seperti ikan. Lintah mengisap darah inang dan menyekresikan substansi yang dapat membuat darah tidak membeku (hirudin).
Selama makan, lintah parasit menjadi beberapa kali lebih besar dari tubuhnya oleh darah yang diisapnya. Anggota Hirudinea, antara lain Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemodipsa javanica (pacet).
6. Filum Mollusca
Mollusca merupakan kelompok hewan yang bertubuh lunak. Mollusca berasal dari bahasa latin molluscus yang artinya lunak. Tiram, siput, dan cumi-cumi adalah hewan-hewan yang termasuk dalam Filum Mollusca. Di antara Mollusca, terdapat bentuk-bentuk yang sangat bervariasi. Selain di laut, banyak pula Mollusca yang terdapat di air tawar. Sementara itu, terdapat pula Mollusca yang hidup di darat. Mollusca dikelompokkan dalam lima kelas, yaitu kelas Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda.
a. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelompok Mollusca yang paling banyak, yaitu lebih dari 35.000 spesies. Kelompok ini memiliki variasi bentuk dan cara hidup dibandingkan dengan kelompok Mollusca lainnya. Ada yang hidup di laut dan ada yang hidup di air tawar. Selain itu, ada pula yang hidup di daratan.
Gastropoda memiliki sistem pencernaan makanan yang lengkap dan mulut yang dilengkapi struktur gigi yang disebut radula. Gastropoda termasuk herbivora. Namun, tidak semua Gastropoda adalah herbivora. Beberapa Gastropoda bersifat karnivora, saprofit, dan parasit. Gastropoda memiliki sistem peredaran darah terbuka.
Gastropoda air memiliki alat kelamin yang terpisah. Beberapa spesies melepaskan telur dan sperma langsung ke dalam air. Pada beberapa spesies, alat kelaminnya terpisah dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina. Adapun pada beberapa spesies lainnya, perkembangan sel telur yang telah dibuahi terjadi di dalam induk betina. Contoh spesies Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica). Selain itu, terdapat Gastropoda yang tidak memiliki cangkang, antara lain Eubranchius dan Kimax.
b. Kelas Bivalvia
Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki dua cangkang. Dua cangkang tersebut terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup dengan bantuan beberapa otot yang besar. Ketika menutup, cangkang melindungi bivalvia dari predatornya.
Kaki dari kebanyakan Bivalvia terspesialisasi untuk hidup pada lumpur halus atau pasir. Air yang membawa makanan dan oksigen mengalir ke dalam cangkang melalui siphon. Silia di insang menciptakan aliran air dalam rongga mantel. Mucus di insang menjebak plankton dari air. Silia menyapu mucus dan partikel makanan ke dalam mulut. Oksigen dari air berdifusi dari air ke darah dan sebaliknya. Selain itu, Bivalvia memiliki organ ekskresi yang disebut nefridia.
Umumnya, Bivalvia hanya memiliki satu alat kelamin, jantan atau betina. Sperma dan sel telur dikeluarkan ke dalam air dan fertilisasi terjadi di luar tubuh induk. Larva berenang bebas pada fase ini dan menetap di dasar, kemudian berkembang menjadi dewasa. Contoh spesies Bivalvia, antara lain Chlamys opercularis, kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada maxima), dan kerang hijau (Mytilus viridis).
c. Kelas Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari kata cephalo yang artinya kepala dan podos yang artinya kaki. Cumi-cumi dan gurita adalah Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita tidak memiliki rangka sama sekali.
Pada Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala. Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan. Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk menangkap mangsanya dan memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk menggigit dan merobek mangsanya.
Pada kulit Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya berubah warna. Cephalopoda sudah memiliki sistem peredaran darah tertutup dan sistem pencernaan yang sempurna. Contoh spesies Cephalopoda antara lain, gurita (Octopus sp.), sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (Loligo indica), dan Nautilus sp.
7. Filum Echinodermata
Semua Echinodermata hidup di laut. Ada lebih dari 5.000 spesies dalam filum ini, seperti bintang laut, sea urchin, dan timun laut. Echinodermata sama seperti Mollusca, memiliki coelom dan sistem pencernaannya sudah lengkap.
Umumnya Echinodermata memiliki tubuh simetri radial. Selama perkembangannya, Echinodermata melewati tahapan larva bipinnaria. Bipinnaria memiliki bentuk simetri bilateral.
Selain bipinnaria, dua ciri unik Echinodermata lainnya adalah sistem kaki tabung dan endoskeletonnya. Kaki tabung (tube feet) digunakan untuk bergerak dan mendapatkan makanan. Kaki tabung ini digerakkan oleh sistem pompa air tabung yang unik. Endoskeleton Echinodermata melindungi dan menyokong jaringan hewan yang lunak. Endoskeleton terbuat dari kalsium yang terbentuk di jaringan sebelum epidermis.
Filum Echinodermata dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea, Concentricycloidea, dan Holothuroidea. Namun kali ini, hanya akan dibahas empat kelas terbesar, yaitu Asteriodea, Ophiuroidea, Echinoidea, dan Holothuroidea.
a. Kelas Asteroidea
Bintang laut merupakan anggota dari Kelas Asteroidea. Makhluk hidup ini menunjukkan banyak ciri umum Echinodermata. Bintang laut memiliki lima tangan. Lapisan permukaan paling luar dari bintang laut terdiri atas lapisan sel epidermal yang bersilia. Di bawah kulit terluar terdapat endoskeleton.
Kebanyakan bintang laut adalah karnivora. Makanan diambil ke dalam mulut yang berlokasi di permukaan bawah bintang laut. Dari mulut, makanan masuk ke esofagus lalu ke perut, tempat pencernaan berlangsung. Enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pencernaan yang berada di setiap lengannya. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna dikeluarkan melalui anus yang terdapat di permukaan atas bintang laut.
Biasanya, bintang laut bereproduksi secara seksual. Bintang laut betina dan jantan mengeluarkan sel telur dan sel sperma ke dalam air. Fertilisasi terjadi di dalam air. Bintang laut juga sangat terkenal dengan kemampuan regenerasinya. Beberapa spesies bintang laut bereproduksi secara aseksual dengan melepaskan lengannya. Contoh spesies kelas ini, antara lain Astropesten irregularis dan Celeita sp.
b. Kelas Ophiuroidea
Ophiuroidea merupakan hewan berbentuk bintang dengan lengan lurus, panjang, dan fleksibel. Sering juga disebut sebagai bintang ular laut. Cakram tubuhnya terlihat jelas. Anggota kelas ini memiliki kaki ambulakral pada lengan pipanya yang lebih sedikit dibandingkan anggota kelas Asteroidea. Pergerakan ular bintang laut ini dilakukan dengan kibasan lengan. Cara makan anggota kelas ini berbeda pada setiap spesies. Contoh spesies ini antara lain Ophiotrix flagilis dan Ophiopholis aculeata.
c. Kelas Echinoidea
Echinoidea yang terkenal adalah bulu babi. Bulu babi tidak memiliki lengan, tetapi memiliki lima baris kaki tabung yang berfungsi sebagai alat gerak yang lambat. Bulu babi memiliki duri-duri yang berguna untuk bergerak. Bagian oval bulu babi terdapat mulut yang dikelilingi oleh mulut tajam untuk memakan rumput laut dan makanan lainnya. Contoh spesies ini adalah bulu babi (Diadema sp.).
d. Kelas Holothuroidea
Secara sekilas, anggota Holothuroidea tidak seperti anggota Echinodermata lainnya. Salah satu anggota Holothuroidea, mentimun laut, tidak memiliki duri dan eksoskeleton. Tubuhnya lunak dan seperti mentimun. Alat pencernaannya sudah lengkap dan memiliki mulut dengan tentakel. Contoh kelas ini, antara lain teripang laut (Holothuria atra) dan mentimun laut (Pseudocolochirus sp.).
8. Filum Arthropoda
Arthropoda merupakan filum yang paling kaya akan jenis spesiesnya. Jumlah spesiesnya diduga sebanyak 75% dari hewan-hewan yang ada di dunia. Tempat hidupnya tersebar dari daratan, air tawar, dan air laut. Anggota Filum Arthropoda tubuhnya berbuku-buku dan memiliki eksoskeleton. Tubuhnya dilapisi oleh epikutikula yang terdiri atas kitin hasil sekresi hipodermis. Tubuh dan kakinya terbagi menjadi segmen-segmen. Pergantian kulit terjadi dalam interval waktu tertentu. Sistem sarafnya terletak di ventral. Peredaran darahnya terbuka dan jantung terletak di dorsal.
Arthropoda telah memiliki alat pencernaan yang sempurna. Alat respirasinya berupa insang, trakea, paru-paru buku, atau permukaan tubuh. Ekskresi dengan menggunakan organ badan Malpighi atau nefridia. Alat kelamin jantan dan betina terpisah pada masing-masing individu. Terdapat pula spesies yang mampu melakukan partenogenesis, yaitu sel telur yang mampu berkembang menjadi individu tanpa dibuahi.
a. Kelas Arachnida
Kata Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-laba. Akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba. Umumnya anggota kelas ini hidup di darat. Tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang. Namun, pada kalajengking dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tubuh bagian depan, tengah, dan belakang.
Pada tubuh depan, terdapat bintik mata dan bukan mata facet atau mata majemuk. Di tubuh bagian kepala, terdapat mulut yang berfungsi memegang atau menangkap mangsa dan disebut kelisera. Di belakang kelisera terdapat pedipalpus sebagai alat peraba dan pemotong. Terdapat empat pasang kaki, namun pada larva Acarina terdapat tiga pasang. Bernapas dengan paru-paru buku. Darahnya mengandung hemoglobin. Arachnida dapat menjadi predator, parasit, atau pemakan bangkai.
Contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah kalajengking (Thelyphonus caudatus), laba-laba Nephila, kalajengking biru (Heterometrus cyaneus), dan Boophilus annulatus yang hidup parasit pada sapi.
b. Kelas Crustacea
Crustacea berasal dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang. Terdapat lebih dari 20.000 spesies Crustacea yang telah diketahui. Sebagian besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar. Pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang antena pendek. Tubuh udang terbagi menjadi sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks adalah bagian kepala dan dada yang bersatu. Bagian ini dilindungi oleh eksoskeleton yang disebut karapak.
Contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea adalah kutu air (Daphnia pulex), udang galah (Macrobrachium), kepiting (Portunus), dan yuyu (Parathelpusa maculata).
c. Kelas Myriapoda
Kata Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myria artinya banyak dan podos artinya kaki. Myriapoda adalah hewan dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya dapat dibedakan atas kepala dan tubuh. Tubuhnya panjang seperti cacing dan bersegmen. Di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut bertaring. Pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki.
Myriapoda dikelompokkan atas Ordo Diplopoda dan Ordo Chilopoda. Diplopoda memiliki dua pasang kaki pada setiap ruas dan berantena pendek. Contohnya, kaki seribu (Lulus sp.). Adapun Chilopoda hanya memiliki satu pasang kaki pada setiap ruas dan berantena panjang. Contohnya kelabang (Scutigera sp.). Beberapa ahli telah mengklasifikasikan Diplopoda dan Chilipoda menjadi kelas tersendiri karena perbedaannya tersebut.
d. Kelas Insecta
Insecta meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan. Anggota kelas Insecta yang telah diketahui namanya, berjumlah lebih dari 700.000 spesies. Dari jumlah tersebut yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera.
Pada umumnya, serangga hidup di tanah dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan biologis di tanah. Serangga ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Serangga yang merugikan antara lain serangga yang bersifat hama, vektor penyakit (malaria, Trypanosoma sp., dan filariasis), dan parasit pada organisme lain. Sementara itu, serangga yang menguntungkan adalah serangga yang membantu penyerbukan pada tanaman, predator hama, dan serangga yang ikut ambil bagian dalam siklus materi di alam. Ciri-ciri dari serangga antara lain sebagai berikut.
1) Tubuhnya terbagi menjadi kepala, dada, dan abdomen.
2) Memiliki tiga pasang kaki.
3) Tubuhnya dilindungi oleh kulit keras dari kitin yang berfungsi sebagai eksoskeleton.
4) Kepala terdiri atas bagian mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal. Larva, pada umumnya bermata tunggal dan antena pada larva/ nimpa tereduksi atau menjadi lebih kecil. Antena berfungsi sebagai reseptor kimia dan mekanik.
5) Umumnya memiliki sayap.
6) Bernapas menggunakan trakea.
Sungut pada serangga memiliki beberapa bentuk dan fungsi, di antaranya sebagai alat untuk menusuk dan mengisap, misalnya pada nyamuk; sebagai alat untuk menjilat, misalnya pada lalat; sebagai alat untuk menggigit atau menggunting, misalnya pada belalang; dan sebagai alat mengisap, misalnya pada kupu-kupu.
Dada atau toraks pada serangga dibagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Sebelah lateral toraks disebut pleura, sebelah ventral toraks disebut sternum. Seranggga memiliki dua pasang spirakel (stigmata) pada mesotoraks dan metatoraks. Namun, pada larva serangga hanya terdapat satu pasang spirakel pada toraks. Serangga memiliki anggota gerak berupa kaki pada setiap segmen toraks dan memiliki sayap yang terletak di antara mesotoraks dan metatoraks.
Berdasarkan metamorfosisnya, Insecta digolongkan menjadi ametamorfosis (ametabola), metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola), dan metamorfosis sempurna (holometabola). Pada kelompok Insecta ametamorfosis, bentuk tubuh larva hingga dewasa tidak berbeda, contohnya kutu buku (Lepisma). Bentuk tubuh kelompok metamorfosis tidak sempurna mengalami sedikit perubahan, yaitu saat tubuhnya mengalami molting (pergantian kulit) dan bersayap, contohnya capung. Insecta yang mengalami metamorfosis sempurna mengalami perubahan bentuk tubuh pada tiap fasenya, yaitu telur larva kepompong (pupa) imago (dewasa). Contohnya pada kupu-kupu dan lalat.
Berdasarkan sayapnya, serangga dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu serangga tidak bersayap (Apterygota) dan serangga bersayap (Pterygota). Kelompok Apterygota merupakan serangga primitif, kecil, dan pada umumnya hidup di tanah. Contoh serangga Apterygota adalah kutu buku (Lepisma saccharina). Sementara itu, kelompok Pterygota adalah serangga bersayap. Meskipun demikian, terdapat juga kelompok Pterygota yang sayapnya rudimen atau tereduksi sama sekali, misalnya pada serangga yang bersifat parasit. Contoh serangga bersayap adalah lalat (Musca domestica) dan capung.
9. Filum Chordata
Chordata meliputi sekitar 45.000 jenis hewan yang hidup di hampir semua jenis lingkungan. Terdapat tiga hal yang membedakan filum Chordata dengan filum yang lainnya, yaitu dalam hal perkembangannya.
a. Notochord, yaitu suatu tangkai pendukung di bagian dorsal tepatnya di bawah susunan saraf. Notochord berfungsi sebagai pendukung. Pada hewan vertebrata semua embrionya memiliki notochord.
b. Tali saraf (nerve cord), yaitu suatu cekungan saraf di bagian atas notochord.
c. Kantung insang faring (pharyngeal gill pouches).
Chordata dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Chordata yang bertulang belakang (Chordata Vertebrata) dan Chordata yang tidak bertulang belakang (Chordata invertebrata). Chordata yang bertulang belakang, yaitu Vertebrata. Adapun Chordata yang tidak bertulang belakang, antara lain, Urochordata dan Cephalochordata. Contoh spesies Urochordata adalah Halocynthya, sedangkan contoh Cephalochordata adalah Branchiostoma. Pada bagian ini, hanya akan dibahas tentang Chordata Vertebrata. Hewan bertulang belakang (Vertebrata) adalah kelompok terbesar pada Chordata, yang terbagi menjadi lima kelas, yaitu kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia.
a. Kelas Pisces
Berdasarkan jenis tulang yang membangun rangka tubuhnya, Pisces (ikan) dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (Osteichthyes).
1) Ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
Kelas Chondrichtyes memiliki kira-kira 850 spesies ikan. Mereka memiliki rahang, gigi yang banyak, sirip yang berpasangan, dan rangka dalam yang terbuat dari tulang rawan. Ikan kelas ini dianggap fosil hidup karena merupakan keturunan hewan purba yang telah menghuni laut sejak ratusan juta tahun yang lalu.
Ikan Chondrichthyes memiliki lima sampai tujuh celah insang di kedua sisi pada faring dan tidak memiliki tutup insang seperti yang biasa ditemukan pada ikan bertulang sejati. Beberapa jenis ikan bertulang rawan yang sampai sekarang masih dapat ditemui adalah ikan hiu, ikan pari, dan ikan lamprey.
2) Ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
Ikan bertulang sejati memiliki rangka yang terdiri atas tulang keras. Ada sekitar 20.000 jenis ikan bertulang sejati yang dapat ditemukan baik di laut maupun di air tawar. Osteichthyes dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Sarcopterygii dan Actinopterygii. Spesies yang paling banyak pada ikan kelas Osteichythyes ini adalah ikan Actinopterygii. Beberapa ikan Actinopterygii diduga ada hubungannya dengan nenek moyang Amphibia. Contoh spesies ikan bertulang belakang sejati antara lain, lele (Ameiurus melas), belut (Anguilla sp), dan ikan mas (Cyprinus caprio).
b. Kelas Amphibia
Kelas ini meliputi 4.000 jenis binatang yang menjalani tahap larvanya di dalam air dan setelah dewasa hidup di daratan. Oleh karena itu, disebut Amphibia. Amphibia biasanya harus kembali ke air ketika akan kawin dan bertelur. Kebanyakan Amphibia dewasa memiliki kulit lembap yang berfungsi membantu paru-parunya yang kecil dan tidak efisien dalam pertukaran gas.
Istilah Amphibi berarti memiliki dua alam, yaitu di air dan daratan. Amphibia mengeluarkan telurnya ke dalam air ketika melakukan fertilisasi atau pembuahan eksternal, seperti yang terjadi pada ikan. Biasanya, telur Amphibia tidak dilindungi oleh suatu cangkang, tetapi dilindungi oleh suatu lendir. Larva pada umumnya mengalami perubahan bentuk ketika berkembang menjadi bentuk dewasa yang hidup di daratan.
Amphibia, seperti pada ikan, adalah hewan poikiloterm. Artinya, suhu tubuhnya dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Jika suhu lingkungan terlalu rendah, hewan poikiloterm menjadi kurang aktif. Contoh spesies Amphibia antara lain kodok (Bufo marmus), katak hijau (Rana pipiens), dan salamander (Axolot).
c. Kelas Reptilia
Reptilia berasal dari bahasa latin, yaitu reptile yang berarti ular. Reptilia umumnya poikiloterm. Reptilia disebut juga sebagai binatang melata. Melata merupakan cara berjalan dengan menempelkan perut ke tanah. Reptilia terdiri atas kurang lebih 6.000 jenis hewan, meliputi ular, kadal, kura-kura, dan buaya. Reptilia menyimpan telurnya yang dilindungi oleh kulit tebal dan memiliki membran internal. Reptilia melakukan fertilisasi internal.
Seperti Amphibia, Reptilia juga merupakan hewan yang menyerap panas dari lingkungan luarnya. Oleh karena itu, Anda mungkin sering melihat kadal yang sedang berjemur. Contoh Reptilia, antara lain ular sanca (Phyton reticulatus), komodo (Varanus komodoensis) dan kadal (Lacerta agilis).
d. Kelas Aves
Kelas Aves (burung) terdiri atas sekitar 9.000 jenis. Seluruh tubuh burung ditutupi oleh bulu, kecuali kaki dan paruhnya. Bulu dan paruh burung terbuat dari keratin. Burung tidak memiliki gigi untuk mengunyah makanannya, tetapi memiliki tembolok.
Burung memiliki sayap yang dapat membantunya terbang. Burung adalah hewan yang suhu tubuhnya tetap (homoioterm). Burung bernapas dengan paru-paru. Selain itu, pernapasan burung dibantu oleh pundi-pundi udara ketika terbang.
Burung melakukan fertilisasi di dalam tubuh betinanya. Setelah fertilisasi terjadi, burung akan bertelur dan akan mengerami hingga menetas. Contoh spesies kelas Aves antara lain, ayam kampung (Gallus domestica), merpati (Columba fasciata), burung gereja (Passer montanus), dan angsa (Cygnus sp.).
e. Kelas Mammalia
Mammalia berasal dari bahasa latin, yaitu mammae yang artinya kelenjar susu. Kelas Mammalia terdiri atas sekitar 5.000 jenis yang dikelompokkan menjadi 26 ordo. Karakteristik umum pada Mammalia adalah:
1) memiliki rambut;
2) memiliki tiga tulang di telinga bagian tengah;
3) memiliki kelenjar susu.
Mammalia memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan dengan hewan Vertebrata lainnya. Suhu badan Mammalia tetap atau tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan luarnya (homoioterm). Alat pernapasan Mammalia adalah paru-paru. Mamalia juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.
Adaptasi Mamalia di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Mammalia mengembangkan beberapa cara adaptasi tingkah laku yang membantunya sukses bertahan hidup.
2) Gigi Mammalia berfungsi memotong, merobek, dan mengunyah. Selain itu, giginya memiliki email tebal yang melindungi gigi.
3) Mammalia memiliki kemampuan untuk bergerak cepat.
4) Ukuran otaknya lebih besar dibandingkan dengan hampir semua binatang lain.
5) Mammalia memiliki kontrol kendali suhu tubuh yang efisien dibandingkan dengan kelompok burung.
6) Memiliki rambut yang berfungi sebagai isolasi atau penyekat panas.
7) Kelenjar susunya menyediakan susu untuk hewan yang masih muda.
Mammalia dikelompokkan dengan berbagai kriteria. Contohnya pengelompokan berdasarkan makanannya (contohnya karnivora) dan berdasarkan bentuk gigi (contohnya rodentia). Mammalia memiliki banyak sekali ordo. Berikut beberapa ordo pada Mammalia sebagai berikut.
1) Monotremata (Mammalia berparuh), contohnya Platypus (Ornitherynchus anatinus).
2) Karnivora (Mammalia pemakan daging), contohnya kucing (Felis domestica).
3) Rodentia (Mammalia pengerat), contohnya tikus mencit (Mus musculus).
4) Cetacea (Mammalia air), contohnya paus (Balanoptera borealis).
5) Chiroptera (Mammalia besayap), contohnya kelelawar (Myotes sp.).
6) Marsupialia (Mammalia berkantung), contohnya kanguru (Macropus sp.).
7) Probosoidea (Mammalia berprobosis), contohnya gajah (Elephas maximus).
8) Primata, contohnya bekantan (Nasalis larvatus).
B. Manfaat Kingdom Animalia
Kingdom Animalia yang begitu berlimpah dan beraneka ragam di bumi ini tentu memiliki manfaat yang sangat banyak pula. Dari mulai Porifera hingga Mamalia, memiliki peran serta manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pada Porifera, banyak organisme anggotanya yang memiliki peran bagi manusia, seperti menghasilkan spons yang dapat dipakai sebagai alat pembersih. Mollusca banyak yang menguntungkan, di antaranya sebagai sumber makanan bagi kita, seperti cumi-cumi dan kerang yang kaya akan protein. Selain itu, Mollusca juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti pada kerang penghasil mutiara.
Arthropoda memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Beberapa dapat dijadikan sumber makanan bagi manusia, seperti udang dan kepiting. Kupu-kupu dan serangga lainnya pun sangat bermanfaat untuk membantu proses penyerbukan pada tumbuhan. Ada juga lebah yang menghasilkan madu yang dapat dikonsumsi dan menjadi obat untuk tubuh kita.
Pada Vertebrata, mulai dari Pisces hingga Mammalia, sudah memiliki manfaat yang jelas bagi manusia. Pisces merupakan sumber protein yang tinggi bagi manusia. Amphibia dan Reptilia juga memiliki peranan tersendiri dalam keseimbangan alam di bumi ini. Aves dan Mammalia sangat berguna untuk manusia karena dapat dimanfaatkan, baik telur maupun dagingnya.
Kingdom Animalia yang kita kenal sebagai hewan, memiliki bentuk yang beraneka ragam. Mulai dari Porifera yang sederhana hingga paus biru yang merupakan Mammalia terbesar. Semua anggota kingdom Animalia merupakan organisme multiseluler.
Tidak seperti Protista yang melakukan semua aktivitas biologisnya dalam satu sel, Animalia memiliki sel-sel yang telah terspesialisasi. Sel-sel yang telah terspesialisasi ini hanya mampu melakukan fungsi tertentu dan tidak dapat melakukan fungsi yang lain. Sel hewan yang berfungsi sebagai penyusun alat gerak atau sistem pencernaan, memerlukan sel lainnya untuk dapat melaksanakan fungsinya. Contohnya, sel darah merah yang memberikan suplai oksigen bagi sel saraf.
Anggota kingdom Animalia bersifat heterotrof. Hewan tidak dapat memproduksi makanan sendiri, hanya dapat memperoleh makanan dari organisme lain. Hewan merupakan organisme multiseluler dan sel-selnya telah terspesialisasi, anggota kingdom Animalia memiliki sistem pencernaan dan sistem transpor. Makanan yang didapat kemudian dicerna menjadi molekul sederhana dan disalurkan ke seluruh sel tubuh melalui sistem transpor.
Dari sekitar dua juta spesies kingdom Animalia, 97 persen merupakan kelompok invertebrata, yaitu hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Adapun, tiga persen sisanya merupakan kelompok vertebrata, hewan yang memiliki tulang belakang. Namun, perlu diingat bahwa pembagian hewan ke dalam dua kelompok tersebut bukanlah pembagian secara formal berdasarkan taksonomi, melainkan peninggalan sistem klasifikasi terdahulu.
Dari sekian banyak anggota kingdom Animalia, para ahli taksonomi melakukan klasifikasi berdasarkan empat hal, yakni simetri tubuh, rongga tubuh, jumlah lapisan tubuh, dan segmentasi tubuh.
Berdasarkan simetri tubuhnya, terdapat hewan yang memiliki simetri tubuh bilateral dan simetri tubuh radial. Pada simetri tubuh bilateral, hanya terdapat satu bidang pembelahan khayal yang membagi tubuh sama besar sehingga memiliki bagian tubuh anterior (depan), posterior (belakang), dorsal (atas), dan ventral (bawah). Pada simetri radial, hanya memiliki bagian dorsal (atas) dan ventral (bawah) saja.
Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hewan terbagi menjadi hewan diploblastik dan triploblastik. Hewan diploblastik merupakan hewan yang tubuhnya memiliki lapisan ektoderm dan lapisan endoderm. Contoh hewan kelompok ini adalah Porifera. Adapun hewan triploblastik adalah hewan yang tubuhnya memiliki tiga lapisan yaitu lapisan paling luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Hewan triploblastik ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu Acoelomata, Pseudocoelomata, dan Coelomata.
Acoelomata adalah hewan yang bertubuh padat tanpa rongga (coelom) di antara usus dan tubuh bagian luarnya. Contoh dari hewan ini antara lain anggota Platyhelminthes (cacing pipih). Pseudocoelomata adalah hewan yang memiliki rongga (coelom) di dalam saluran tubuhnya. Rongga tersebut berisi cairan, yang memisahkan alat pencernaan dengan lapisan mesoderm dan ektoderm. Contoh hewan dari kelompok ini adalah Nematoda (cacing gilig) dan Porifera.
Adapun Coelomata merupakan hewan yang memiliki rongga tubuh (coelom) berisi cairan dan memiliki sekat. Sekat-sekat tersebut berasal dari jaringan mesoderm.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kingdom Animalia dikelompokkan antara lain menjadi 14 filum. Keempat belas filum tersebut terdiri atas dua kelompok besar, yaitu invertebrata (tidak bertulang belakang) dan vertebrata (hewan bertulang belakang).
Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa filum dari kingdom Animalia baik dari kelompok invertebrata maupun vertebrata. Filum-filum tersebut adalah Porifera, Cnidaria, Plathyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda, dan Chordata.
1. Filum Porifera
Porifera sulit dikenali sebagai hewan. Filum Porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, mereka tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi Porifera sebagai tanaman laut.
Tubuh Porifera dihubungkan oleh saluran-saluran. Saluran-saluran tersebut terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Pori-pori inilah yang membuat filum ini dinamakan filum Porifera. Sesuai dengan asal kata porus yang memiliki arti lubang kecil dan faro yang memiliki arti mengandung atau membawa. Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil.
Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut spongin.
Beberapa Porifera memiliki spikula yang terbuat dari kalsium karbonat, silika maupun keduanya. Mineral rangka Porifera sangat mudah menempel bersama batuan karang. Oleh karena itu, rangka Porifera banyak ditemukan di batuan karang. Rangka tersebut dapat bertahan hingga 500 juta tahun lamanya.
a. Ciri-Ciri Porifera
Beberapa Porifera memiliki tubuh simetri radial, namun pada umumnya tubuh Porifera asimetrik (tidak memiliki bidang pembelahan yang sama besar). Porifera merupakan hewan yang memiliki jaringan primitif dan belum memiliki organ.
Ciri-ciri Porifera secara umum memiliki empat tipe sel dasar yang terorganisasi menjadi dua lapisan tubuh. Lapisan yang paling luar disebut epidermis. Pada epidermis, sel-sel silindris yang disebut porosit membuat air dapat masuk ke rongga tubuh Porifera.
Di bagian dalam epidermis terdapat material seperti jeli yang disebut mesenkim. Di dalam mesenkim terdapat struktur yang disebut spikula. Spikula memiliki dua fungsi, yaitu memberi bentuk pada sel, dan melindungi Porifera dari predatornya.
Bagian dalam rongga tubuh Porifera dilapisi jaringan yang terdiri atas sel-sel berflagel yang disebut sel kolar. Sel kolar menyaring partikel-partikel makanan, seperti alga dan sisa-sisa bahan-bahan organik dari air. Dengan cara inilah, sel kolar menyuplai makanan untuk dirinya sendiri dan sel-sel lainnya. Sisa makanan akan dibuang melalui oskulum yang terdapat pada ujung rongga tubuh. Perhatikan.
Tipe sel yang keempat dari Porifera adalah sel-sel yang mirip dengan Amoeba. Sel-sel ini disebut sel amoebosit yang dapat bergerak menggunakan pseudopodia. Amoebosit memiliki beberapa fungsi, seperti mencari partikelpartikel makanan dari sel-sel kolar ke sel-sel epidermal dan porosit.
b. Reproduksi Porifera
Porifera dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Secara aseksual, Porifera bereproduksi dengan cara bertunas. Cara reproduksi aseksual lainnya adalah dengan memproduksi amoebosit yang dikelilingi oleh suatu "dinding". Struktur ini dinamakan gemule. Gemule dapat bertahan di cuaca yang sangat dingin atau di musim dingin. Pada saat musim semi, dinding gemule terurai dan amoebosit berdiferensiasi menjadi individu baru.
Pada umumnya, Porifera adalah hermafrodit (memiliki dua alat kelamin dalam tubuhnya). Porifera memproduksi baik sel telur maupun sperma. Sel telur dan sel sperma diproduksi oleh amoebosit atau sel-sel kolar melalui meiosis. Pembuahan pada Porifera terjadi di luar tubuh atau disebut pembuahan luar. Hasil pembuahan menghasilkan zigot yang akan membelah dan membentuk larva berflagel. Larva tersebut berada di permukaan air dan akan tumbuh menjadi bentuk dewasa yang sesil (menempel). Beberapa spesies Porifera, antara lain Spongia sp. dan Sycon sp..
2. Filum Cnidaria
Filum Cnidaria adalah kumpulan binatang menarik yang ada di perairan. Ubur-ubur, anemon laut, dan koral yang anggun merupakan contoh makhluk hidup yang termasuk ke dalam kelompok filum ini. Semua Cnidaria, tubuhnya simetri radial dan memiliki dua lapisan tubuh, endodermis dan ektodermis. Di antara dua lapisan tersebut terdapat materi seperti jeli yang disebut mesoglea. Sel-selnya lebih terspesialisasi dibandingkan Porifera. Umumnya Cnidaria memiliki daur hidup yang terdiri atas medusa dan polip.
Kebanyakan Cnidaria hidup di air laut. Dari 10.000 jenis Cnidaria, hanya beberapa yang hidup di air tawar. Pada umumnya, Cnidaria adalah karnivora, tetapi tidak aktif mencari makanan atau mengejar mangsanya. Cnidaria menangkap makanannya secara tiba-tiba melalui sel-sel penangkap istimewa mereka berupa lengan-lengan halus yang mengelilingi tubuh (tentakel). Tentakel Cnidaria memiliki sel knidoblas yang mengandung kapsul penyengat nematosis. Sel tersebut berguna dalam pertahanan tubuh dan mencari makan.
a. Kelas Scyphozoa
Cnidaria ini hidup dengan dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Polip adalah bentuk yang tidak bergerak seperti vas bunga menempel di dasar perairan. Medusa adalah bentuk yang dapat berenang bebas. Medusa bereproduksi secara seksual dengan menghasilkan sel telur dan sel sperma. Setelah pembuahan, zigot berkembang menjadi blastula yang diperpanjang membentuk larva bersilia yang disebut planula.
Planula biasanya menempel di dasar air dan akan tumbuh menjadi polip. Polip bereproduksi secara aseksual dengan membentuk medusa.
Pergiliran tahap seksual dan aseksual pada Coelenterata mirip pergiliran keturunan pada tumbuhan. Akan tetapi, pada Coelenterata tidak ada generasi haploid. Baik medusa maupun polip adalah diploid. Contoh spesies kelas Scyphozoa, yakni Aurelia sp. dan Pelagia sp.
b. Kelas Hydrozoa
Salah satu contoh Hydrozoa yang terkenal adalah Hydra. Hydra adalah Cnidaria yang umum dan hidup di air tawar. Struktur Hydra mirip dengan polip Coelenterata. Hydra tidak memiliki tahapan medusa. Hydra sangat kecil, kira-kira panjangnya 0,5 cm. Tubuh Hydra berbentuk silinder dengan dua lapis sel. Lapisan dalam adalah endoderm dan lapisan luar adalah ektoderm. Di antara dua lapisan tersebut, terdapat mesoglea. Hydra umumnya memiliki tentakel yang berfungsi menangkap mangsa yang mengapung di permukaan air.
Hydra bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas, beberapa spesies Hydra adalah hermafrodit. Contoh Hydrozoa lainnya, yakni Obelia sp. dan Gonionemus sp.
c. Kelas Anthozoa
Anemon laut dan koral merupakan anggota dari kelas Anthozoa. Mereka hidup hanya dalam bentuk polip. Bentuk polip dari anemon laut, lebih kompleks daripada struktur Hydra. Gastrovaskuler anemon laut dibagi menjadi bagian-bagian kecil. Anemon laut memakan binatang-binatang kecil, termasuk ikan-ikan kecil.
Bentuk polip dari koral menyekresikan kalsium karbonat di sekitar tubuhnya. Kebanyakan koral berukuran kecil, berkoloni, dan bersatu membentuk massa yang besar. Generasi polip baru tumbuh di atas generasi lama. Koral bervariasi dalam hal warna dan bentuk.
Beberapa jenis koral, melakukan simbiosis mutualisme dengan Dinoflagellata. Koral dengan polipnya melindungi dinoflagella, sedangkan dinoflagella menyediakan oksigen dan mendaur ulang sisa metabolisme koral. Koral terkadang dapat hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak dan membentuk susunan yang disebut coral reef. Contohnya adalah The Great Barrier Reef di Australia yang panjangnya hampir 2.000 km. Contoh spesies Anthozoa, yakni Stephanauge sp., Tubifora musica, dan Acropora.
3. Filum Platyhelminthes
Anggota filum Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga lapisan tubuh (triploblastik). Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit. Demikian juga karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke lingkungannya.
Cacing pipih adalah hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian kepalanya. Tubuhnya simetri bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di bagian ujung anterior dan dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan sensor cahaya dan kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan berada.
Sel-sel saraf Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di bagian tepi tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan mengirim informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf Platyhelminthes membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion otak yang terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas, antara lain Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.
Filum Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya termasuk hermafrodit. Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi dengan penyatuan sperma dan ovum.
a. Kelas Turbellaria
Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu contohnya, yaitu planaria (Dugesia sp.) yang hidup di aliran sungai dan dasar danau. Planaria biasanya memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit.
Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin (hermafrodit).
Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya.
Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan planaria yang lain.
b. Kelas Trematoda
Trematoda dikenal juga sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda memiliki organ dan sistem organ yang mirip dengan Turbellaria.
Kebanyakan Trematoda hidup parasit. Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula. Kutikula melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Selain itu, Trematoda memiliki alat isap (sucker) yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus inang.
Meskipun Trematoda merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus melakukan fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh Trematoda yang cukup dikenal. Cacing parasit umumnya memerlukan lebih dari satu inang dalam siklus hidupnya.
Siklus hidup cacing hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai ke kolam atau danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8 jam, larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis.
Sporokis berkembang menjadi redia atau larva II secara partenogenesis (perkembangan menjadi individu baru tanpa dibuahi). Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Kemudian, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk metaserkaria (kista) yang mampu hidup beberapa bulan. Jika termakan kambing atau ternak, kista akan pecah dan larva masuk ke usus. Setelah itu larva menembus usus menuju hati, kemudian tumbuh dan berkembang biak menghasilkan telur.
Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski, dan Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap maupun sementara.
c. Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda atau cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme inang. Tidak seperti cacing lainnya, cacing pita memiliki tubuh yang terbagibagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid. Cacing pita terus membuat proglotid-proglotid baru di belakang kepalanya. Proglotid adalah calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuan proglotid.
Siklus hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih. Mereka melibatkan satu, dua, atau tiga organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat ditularkan melalui daging babi atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik. Daging-daging tersebut mengandung larva cacing pita.
Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Larva Taenia solium hidup di tubuh babi, sedangkan larva Taenia saginata hidup di tubuh sapi.
4. Filum Nematoda
Nematoda merupakan cacing silindris tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh triploblastik (pseudocoelom), dan hidup bebas maupun parasitik. Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Dapat ditemukan pada perairan, tanah basah, jaringan tumbuhan, dan jaringan hewan atau manusia. Memiliki sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah.
Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada cacing betina. Reproduksi dilakukan secara seksual dan terjadi di dalam tubuh (internal). Zigot yang dihasilkan pada hampir semua spesies tahan terhadap kondisi buruk. Contoh spesies filum ini, antara lain cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale), cacing kremi (Oxyuris vermicularis), dan cacing filaria (Wuchereria bancrofti).
Cacing gelang atau yang disebut juga cacing perut, merupakan parasit pada usus halus manusia. Cacing dengan panjang 15 cm –35 cm ini memiliki warna tubuh putih kekuning-kuningan, mulut di bagian anterior, dan dilengkapi 3 buah bibir. Cacing betina mampu menghasilkan sekitar 200 ribu telur dalam satu kali pengeluaran.
Telur terbawa bersama feses dan dapat masuk tubuh melalui makanan atau telapak kaki. Dalam usus halus, telur menetas dan menjadi larva kecil. Setelah menembus dinding usus, larva terbawa aliran darah sampai jantung dan paru-paru. Dalam paru-paru, larva dapat mencapai trakea sehingga tertelan kembali ke usus halus dan tumbuh dewasa. Cacing gelang ini merupakan penyebab penyakit ascariasis.
Cacing tambang hidup di usus manusia dan dapat mengisap darah dan cairan tubuh manusia. Cacing filaria (Wuchereria bancrofti) hidup di pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh getah bening yang mengakibatkan penyakit kaki gajah (elephantiasis). Cacing ini disebarkan oleh tusukan nyamuk Culex.
5. Filum Annelida
Dua ciri utama pada Filum Annelida adalah memiliki rongga tubuh sejati dan tubuhnya bersegmen. Setiap segmen ini dinamakan somit. Struktur somit-somit pada cacing disebut metameri. Annelida memiliki peredaran darah tertutup yang dilengkapi pembuluh darah. Sistem saraf terdiri atas otak dan tali saraf yang disebut sistem saraf tangga tali. Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Kelas Polychaeta
Polychaeta berasal dari kata poly yang artinya banyak dan chaeta yang artinya rambut. Semua anggota Polychaeta hidup di laut. Tubuhnya memiliki rambut-rambut pada setiap parapodia. Parapodia merupakan struktur seperti daging pada setiap segmen tubuh Polychaeta yang dapat berfungsi sebagai alat gerak. Pada banyak Polychaeta, parapodia berfungsi juga sebagai insang yang merupakan perpanjangan area kulit untuk pernapasan. Contoh Polychaeta, antara lain Nereis virens, cacing wawo (Lysidice oele), dan cacing palolo (Eunice viridis).
b. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari kata oligos yang artinya sedikit dan chaeta yang artinya rambut. Anggota Oligochaeta hidup di tanah dan beberapa spesies hidup di air.
Cacing tanah (Pheretima sp.) adalah spesies yang paling dikenal dari sekitar 2500 spesies Oligochaeta. Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Seperti pada cacing-cacing lainnya, cacing tanah adalah hermafrodit. Perkembangan cacing tanah terjadi secara internal dan dibantu oleh klitelium yang berfungsi sebagai organ seksual. Klitelium adalah penebalan segmen cacing, yaitu antara segmen ke 32–37. Sel telur diproduksi di ovari yang berada di segmen ke-13. Testis yang memproduksi sperma dapat ditemukan di segmen ke-10 dan ke-11.
Ketika kawin, dua cacing tanah akan berdampingan. Sperma pindah dari satu cacing tanah ke cacing tanah lainnya. Sperma disimpan untuk sementara waktu pada klitelium. Setelah berpisah, setiap cacing tanah menyekresikan lendir yang setelah kering disebut kapsul (coccon). Kapsul tetap berada di sekitar klitelum. Sel telur bergerak menuju kapsul dalam tubuh cacing. Sperma yang disimpan juga dilepaskan ke dalam kapsul maka terjadilah fertilisasi. Kapsul dilepaskan oleh cacing dan dibiarkan di atas tanah. Telur tersebut akan tumbuh menjadi cacing-cacing kecil.
c. Kelas Hirudinea
Hirudinea atau lintah dikenal sebagai parasit pengisap darah. Lebih dari 300 spesies hidup bebas di alam. Lintah yang tidak parasit, memakan cacing, siput, dan larva-larva serangga. Lintah parasit menempel di permukaan tubuh binatang, seperti ikan. Lintah mengisap darah inang dan menyekresikan substansi yang dapat membuat darah tidak membeku (hirudin).
Selama makan, lintah parasit menjadi beberapa kali lebih besar dari tubuhnya oleh darah yang diisapnya. Anggota Hirudinea, antara lain Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemodipsa javanica (pacet).
6. Filum Mollusca
Mollusca merupakan kelompok hewan yang bertubuh lunak. Mollusca berasal dari bahasa latin molluscus yang artinya lunak. Tiram, siput, dan cumi-cumi adalah hewan-hewan yang termasuk dalam Filum Mollusca. Di antara Mollusca, terdapat bentuk-bentuk yang sangat bervariasi. Selain di laut, banyak pula Mollusca yang terdapat di air tawar. Sementara itu, terdapat pula Mollusca yang hidup di darat. Mollusca dikelompokkan dalam lima kelas, yaitu kelas Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda.
a. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelompok Mollusca yang paling banyak, yaitu lebih dari 35.000 spesies. Kelompok ini memiliki variasi bentuk dan cara hidup dibandingkan dengan kelompok Mollusca lainnya. Ada yang hidup di laut dan ada yang hidup di air tawar. Selain itu, ada pula yang hidup di daratan.
Gastropoda memiliki sistem pencernaan makanan yang lengkap dan mulut yang dilengkapi struktur gigi yang disebut radula. Gastropoda termasuk herbivora. Namun, tidak semua Gastropoda adalah herbivora. Beberapa Gastropoda bersifat karnivora, saprofit, dan parasit. Gastropoda memiliki sistem peredaran darah terbuka.
Gastropoda air memiliki alat kelamin yang terpisah. Beberapa spesies melepaskan telur dan sperma langsung ke dalam air. Pada beberapa spesies, alat kelaminnya terpisah dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina. Adapun pada beberapa spesies lainnya, perkembangan sel telur yang telah dibuahi terjadi di dalam induk betina. Contoh spesies Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica). Selain itu, terdapat Gastropoda yang tidak memiliki cangkang, antara lain Eubranchius dan Kimax.
b. Kelas Bivalvia
Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki dua cangkang. Dua cangkang tersebut terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup dengan bantuan beberapa otot yang besar. Ketika menutup, cangkang melindungi bivalvia dari predatornya.
Kaki dari kebanyakan Bivalvia terspesialisasi untuk hidup pada lumpur halus atau pasir. Air yang membawa makanan dan oksigen mengalir ke dalam cangkang melalui siphon. Silia di insang menciptakan aliran air dalam rongga mantel. Mucus di insang menjebak plankton dari air. Silia menyapu mucus dan partikel makanan ke dalam mulut. Oksigen dari air berdifusi dari air ke darah dan sebaliknya. Selain itu, Bivalvia memiliki organ ekskresi yang disebut nefridia.
Umumnya, Bivalvia hanya memiliki satu alat kelamin, jantan atau betina. Sperma dan sel telur dikeluarkan ke dalam air dan fertilisasi terjadi di luar tubuh induk. Larva berenang bebas pada fase ini dan menetap di dasar, kemudian berkembang menjadi dewasa. Contoh spesies Bivalvia, antara lain Chlamys opercularis, kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada maxima), dan kerang hijau (Mytilus viridis).
c. Kelas Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari kata cephalo yang artinya kepala dan podos yang artinya kaki. Cumi-cumi dan gurita adalah Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita tidak memiliki rangka sama sekali.
Pada Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala. Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan. Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk menangkap mangsanya dan memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk menggigit dan merobek mangsanya.
Pada kulit Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya berubah warna. Cephalopoda sudah memiliki sistem peredaran darah tertutup dan sistem pencernaan yang sempurna. Contoh spesies Cephalopoda antara lain, gurita (Octopus sp.), sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (Loligo indica), dan Nautilus sp.
7. Filum Echinodermata
Semua Echinodermata hidup di laut. Ada lebih dari 5.000 spesies dalam filum ini, seperti bintang laut, sea urchin, dan timun laut. Echinodermata sama seperti Mollusca, memiliki coelom dan sistem pencernaannya sudah lengkap.
Umumnya Echinodermata memiliki tubuh simetri radial. Selama perkembangannya, Echinodermata melewati tahapan larva bipinnaria. Bipinnaria memiliki bentuk simetri bilateral.
Selain bipinnaria, dua ciri unik Echinodermata lainnya adalah sistem kaki tabung dan endoskeletonnya. Kaki tabung (tube feet) digunakan untuk bergerak dan mendapatkan makanan. Kaki tabung ini digerakkan oleh sistem pompa air tabung yang unik. Endoskeleton Echinodermata melindungi dan menyokong jaringan hewan yang lunak. Endoskeleton terbuat dari kalsium yang terbentuk di jaringan sebelum epidermis.
Filum Echinodermata dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea, Concentricycloidea, dan Holothuroidea. Namun kali ini, hanya akan dibahas empat kelas terbesar, yaitu Asteriodea, Ophiuroidea, Echinoidea, dan Holothuroidea.
a. Kelas Asteroidea
Bintang laut merupakan anggota dari Kelas Asteroidea. Makhluk hidup ini menunjukkan banyak ciri umum Echinodermata. Bintang laut memiliki lima tangan. Lapisan permukaan paling luar dari bintang laut terdiri atas lapisan sel epidermal yang bersilia. Di bawah kulit terluar terdapat endoskeleton.
Kebanyakan bintang laut adalah karnivora. Makanan diambil ke dalam mulut yang berlokasi di permukaan bawah bintang laut. Dari mulut, makanan masuk ke esofagus lalu ke perut, tempat pencernaan berlangsung. Enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pencernaan yang berada di setiap lengannya. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna dikeluarkan melalui anus yang terdapat di permukaan atas bintang laut.
Biasanya, bintang laut bereproduksi secara seksual. Bintang laut betina dan jantan mengeluarkan sel telur dan sel sperma ke dalam air. Fertilisasi terjadi di dalam air. Bintang laut juga sangat terkenal dengan kemampuan regenerasinya. Beberapa spesies bintang laut bereproduksi secara aseksual dengan melepaskan lengannya. Contoh spesies kelas ini, antara lain Astropesten irregularis dan Celeita sp.
b. Kelas Ophiuroidea
Ophiuroidea merupakan hewan berbentuk bintang dengan lengan lurus, panjang, dan fleksibel. Sering juga disebut sebagai bintang ular laut. Cakram tubuhnya terlihat jelas. Anggota kelas ini memiliki kaki ambulakral pada lengan pipanya yang lebih sedikit dibandingkan anggota kelas Asteroidea. Pergerakan ular bintang laut ini dilakukan dengan kibasan lengan. Cara makan anggota kelas ini berbeda pada setiap spesies. Contoh spesies ini antara lain Ophiotrix flagilis dan Ophiopholis aculeata.
c. Kelas Echinoidea
Echinoidea yang terkenal adalah bulu babi. Bulu babi tidak memiliki lengan, tetapi memiliki lima baris kaki tabung yang berfungsi sebagai alat gerak yang lambat. Bulu babi memiliki duri-duri yang berguna untuk bergerak. Bagian oval bulu babi terdapat mulut yang dikelilingi oleh mulut tajam untuk memakan rumput laut dan makanan lainnya. Contoh spesies ini adalah bulu babi (Diadema sp.).
d. Kelas Holothuroidea
Secara sekilas, anggota Holothuroidea tidak seperti anggota Echinodermata lainnya. Salah satu anggota Holothuroidea, mentimun laut, tidak memiliki duri dan eksoskeleton. Tubuhnya lunak dan seperti mentimun. Alat pencernaannya sudah lengkap dan memiliki mulut dengan tentakel. Contoh kelas ini, antara lain teripang laut (Holothuria atra) dan mentimun laut (Pseudocolochirus sp.).
8. Filum Arthropoda
Arthropoda merupakan filum yang paling kaya akan jenis spesiesnya. Jumlah spesiesnya diduga sebanyak 75% dari hewan-hewan yang ada di dunia. Tempat hidupnya tersebar dari daratan, air tawar, dan air laut. Anggota Filum Arthropoda tubuhnya berbuku-buku dan memiliki eksoskeleton. Tubuhnya dilapisi oleh epikutikula yang terdiri atas kitin hasil sekresi hipodermis. Tubuh dan kakinya terbagi menjadi segmen-segmen. Pergantian kulit terjadi dalam interval waktu tertentu. Sistem sarafnya terletak di ventral. Peredaran darahnya terbuka dan jantung terletak di dorsal.
Arthropoda telah memiliki alat pencernaan yang sempurna. Alat respirasinya berupa insang, trakea, paru-paru buku, atau permukaan tubuh. Ekskresi dengan menggunakan organ badan Malpighi atau nefridia. Alat kelamin jantan dan betina terpisah pada masing-masing individu. Terdapat pula spesies yang mampu melakukan partenogenesis, yaitu sel telur yang mampu berkembang menjadi individu tanpa dibuahi.
a. Kelas Arachnida
Kata Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-laba. Akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba. Umumnya anggota kelas ini hidup di darat. Tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang. Namun, pada kalajengking dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tubuh bagian depan, tengah, dan belakang.
Pada tubuh depan, terdapat bintik mata dan bukan mata facet atau mata majemuk. Di tubuh bagian kepala, terdapat mulut yang berfungsi memegang atau menangkap mangsa dan disebut kelisera. Di belakang kelisera terdapat pedipalpus sebagai alat peraba dan pemotong. Terdapat empat pasang kaki, namun pada larva Acarina terdapat tiga pasang. Bernapas dengan paru-paru buku. Darahnya mengandung hemoglobin. Arachnida dapat menjadi predator, parasit, atau pemakan bangkai.
Contoh hewan yang termasuk Arachnida adalah kalajengking (Thelyphonus caudatus), laba-laba Nephila, kalajengking biru (Heterometrus cyaneus), dan Boophilus annulatus yang hidup parasit pada sapi.
b. Kelas Crustacea
Crustacea berasal dari bahasa latin crusta yang artinya cangkang. Terdapat lebih dari 20.000 spesies Crustacea yang telah diketahui. Sebagian besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar. Pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang antena pendek. Tubuh udang terbagi menjadi sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks adalah bagian kepala dan dada yang bersatu. Bagian ini dilindungi oleh eksoskeleton yang disebut karapak.
Contoh spesies yang termasuk dalam kelas Crustacea adalah kutu air (Daphnia pulex), udang galah (Macrobrachium), kepiting (Portunus), dan yuyu (Parathelpusa maculata).
c. Kelas Myriapoda
Kata Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myria artinya banyak dan podos artinya kaki. Myriapoda adalah hewan dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya dapat dibedakan atas kepala dan tubuh. Tubuhnya panjang seperti cacing dan bersegmen. Di bagian kepala terdapat sepasang antena dan mulut bertaring. Pada tiap segmen terdapat satu hingga dua pasang kaki.
Myriapoda dikelompokkan atas Ordo Diplopoda dan Ordo Chilopoda. Diplopoda memiliki dua pasang kaki pada setiap ruas dan berantena pendek. Contohnya, kaki seribu (Lulus sp.). Adapun Chilopoda hanya memiliki satu pasang kaki pada setiap ruas dan berantena panjang. Contohnya kelabang (Scutigera sp.). Beberapa ahli telah mengklasifikasikan Diplopoda dan Chilipoda menjadi kelas tersendiri karena perbedaannya tersebut.
d. Kelas Insecta
Insecta meliputi dua per tiga seluruh jumlah hewan-hewan. Anggota kelas Insecta yang telah diketahui namanya, berjumlah lebih dari 700.000 spesies. Dari jumlah tersebut yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah kelompok Coleoptera.
Pada umumnya, serangga hidup di tanah dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan biologis di tanah. Serangga ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Serangga yang merugikan antara lain serangga yang bersifat hama, vektor penyakit (malaria, Trypanosoma sp., dan filariasis), dan parasit pada organisme lain. Sementara itu, serangga yang menguntungkan adalah serangga yang membantu penyerbukan pada tanaman, predator hama, dan serangga yang ikut ambil bagian dalam siklus materi di alam. Ciri-ciri dari serangga antara lain sebagai berikut.
1) Tubuhnya terbagi menjadi kepala, dada, dan abdomen.
2) Memiliki tiga pasang kaki.
3) Tubuhnya dilindungi oleh kulit keras dari kitin yang berfungsi sebagai eksoskeleton.
4) Kepala terdiri atas bagian mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal. Larva, pada umumnya bermata tunggal dan antena pada larva/ nimpa tereduksi atau menjadi lebih kecil. Antena berfungsi sebagai reseptor kimia dan mekanik.
5) Umumnya memiliki sayap.
6) Bernapas menggunakan trakea.
Sungut pada serangga memiliki beberapa bentuk dan fungsi, di antaranya sebagai alat untuk menusuk dan mengisap, misalnya pada nyamuk; sebagai alat untuk menjilat, misalnya pada lalat; sebagai alat untuk menggigit atau menggunting, misalnya pada belalang; dan sebagai alat mengisap, misalnya pada kupu-kupu.
Dada atau toraks pada serangga dibagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Sebelah lateral toraks disebut pleura, sebelah ventral toraks disebut sternum. Seranggga memiliki dua pasang spirakel (stigmata) pada mesotoraks dan metatoraks. Namun, pada larva serangga hanya terdapat satu pasang spirakel pada toraks. Serangga memiliki anggota gerak berupa kaki pada setiap segmen toraks dan memiliki sayap yang terletak di antara mesotoraks dan metatoraks.
Berdasarkan metamorfosisnya, Insecta digolongkan menjadi ametamorfosis (ametabola), metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola), dan metamorfosis sempurna (holometabola). Pada kelompok Insecta ametamorfosis, bentuk tubuh larva hingga dewasa tidak berbeda, contohnya kutu buku (Lepisma). Bentuk tubuh kelompok metamorfosis tidak sempurna mengalami sedikit perubahan, yaitu saat tubuhnya mengalami molting (pergantian kulit) dan bersayap, contohnya capung. Insecta yang mengalami metamorfosis sempurna mengalami perubahan bentuk tubuh pada tiap fasenya, yaitu telur larva kepompong (pupa) imago (dewasa). Contohnya pada kupu-kupu dan lalat.
Berdasarkan sayapnya, serangga dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu serangga tidak bersayap (Apterygota) dan serangga bersayap (Pterygota). Kelompok Apterygota merupakan serangga primitif, kecil, dan pada umumnya hidup di tanah. Contoh serangga Apterygota adalah kutu buku (Lepisma saccharina). Sementara itu, kelompok Pterygota adalah serangga bersayap. Meskipun demikian, terdapat juga kelompok Pterygota yang sayapnya rudimen atau tereduksi sama sekali, misalnya pada serangga yang bersifat parasit. Contoh serangga bersayap adalah lalat (Musca domestica) dan capung.
9. Filum Chordata
Chordata meliputi sekitar 45.000 jenis hewan yang hidup di hampir semua jenis lingkungan. Terdapat tiga hal yang membedakan filum Chordata dengan filum yang lainnya, yaitu dalam hal perkembangannya.
a. Notochord, yaitu suatu tangkai pendukung di bagian dorsal tepatnya di bawah susunan saraf. Notochord berfungsi sebagai pendukung. Pada hewan vertebrata semua embrionya memiliki notochord.
b. Tali saraf (nerve cord), yaitu suatu cekungan saraf di bagian atas notochord.
c. Kantung insang faring (pharyngeal gill pouches).
Chordata dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Chordata yang bertulang belakang (Chordata Vertebrata) dan Chordata yang tidak bertulang belakang (Chordata invertebrata). Chordata yang bertulang belakang, yaitu Vertebrata. Adapun Chordata yang tidak bertulang belakang, antara lain, Urochordata dan Cephalochordata. Contoh spesies Urochordata adalah Halocynthya, sedangkan contoh Cephalochordata adalah Branchiostoma. Pada bagian ini, hanya akan dibahas tentang Chordata Vertebrata. Hewan bertulang belakang (Vertebrata) adalah kelompok terbesar pada Chordata, yang terbagi menjadi lima kelas, yaitu kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia.
a. Kelas Pisces
Berdasarkan jenis tulang yang membangun rangka tubuhnya, Pisces (ikan) dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (Osteichthyes).
1) Ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
Kelas Chondrichtyes memiliki kira-kira 850 spesies ikan. Mereka memiliki rahang, gigi yang banyak, sirip yang berpasangan, dan rangka dalam yang terbuat dari tulang rawan. Ikan kelas ini dianggap fosil hidup karena merupakan keturunan hewan purba yang telah menghuni laut sejak ratusan juta tahun yang lalu.
Ikan Chondrichthyes memiliki lima sampai tujuh celah insang di kedua sisi pada faring dan tidak memiliki tutup insang seperti yang biasa ditemukan pada ikan bertulang sejati. Beberapa jenis ikan bertulang rawan yang sampai sekarang masih dapat ditemui adalah ikan hiu, ikan pari, dan ikan lamprey.
2) Ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
Ikan bertulang sejati memiliki rangka yang terdiri atas tulang keras. Ada sekitar 20.000 jenis ikan bertulang sejati yang dapat ditemukan baik di laut maupun di air tawar. Osteichthyes dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Sarcopterygii dan Actinopterygii. Spesies yang paling banyak pada ikan kelas Osteichythyes ini adalah ikan Actinopterygii. Beberapa ikan Actinopterygii diduga ada hubungannya dengan nenek moyang Amphibia. Contoh spesies ikan bertulang belakang sejati antara lain, lele (Ameiurus melas), belut (Anguilla sp), dan ikan mas (Cyprinus caprio).
b. Kelas Amphibia
Kelas ini meliputi 4.000 jenis binatang yang menjalani tahap larvanya di dalam air dan setelah dewasa hidup di daratan. Oleh karena itu, disebut Amphibia. Amphibia biasanya harus kembali ke air ketika akan kawin dan bertelur. Kebanyakan Amphibia dewasa memiliki kulit lembap yang berfungsi membantu paru-parunya yang kecil dan tidak efisien dalam pertukaran gas.
Istilah Amphibi berarti memiliki dua alam, yaitu di air dan daratan. Amphibia mengeluarkan telurnya ke dalam air ketika melakukan fertilisasi atau pembuahan eksternal, seperti yang terjadi pada ikan. Biasanya, telur Amphibia tidak dilindungi oleh suatu cangkang, tetapi dilindungi oleh suatu lendir. Larva pada umumnya mengalami perubahan bentuk ketika berkembang menjadi bentuk dewasa yang hidup di daratan.
Amphibia, seperti pada ikan, adalah hewan poikiloterm. Artinya, suhu tubuhnya dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Jika suhu lingkungan terlalu rendah, hewan poikiloterm menjadi kurang aktif. Contoh spesies Amphibia antara lain kodok (Bufo marmus), katak hijau (Rana pipiens), dan salamander (Axolot).
c. Kelas Reptilia
Reptilia berasal dari bahasa latin, yaitu reptile yang berarti ular. Reptilia umumnya poikiloterm. Reptilia disebut juga sebagai binatang melata. Melata merupakan cara berjalan dengan menempelkan perut ke tanah. Reptilia terdiri atas kurang lebih 6.000 jenis hewan, meliputi ular, kadal, kura-kura, dan buaya. Reptilia menyimpan telurnya yang dilindungi oleh kulit tebal dan memiliki membran internal. Reptilia melakukan fertilisasi internal.
Seperti Amphibia, Reptilia juga merupakan hewan yang menyerap panas dari lingkungan luarnya. Oleh karena itu, Anda mungkin sering melihat kadal yang sedang berjemur. Contoh Reptilia, antara lain ular sanca (Phyton reticulatus), komodo (Varanus komodoensis) dan kadal (Lacerta agilis).
d. Kelas Aves
Kelas Aves (burung) terdiri atas sekitar 9.000 jenis. Seluruh tubuh burung ditutupi oleh bulu, kecuali kaki dan paruhnya. Bulu dan paruh burung terbuat dari keratin. Burung tidak memiliki gigi untuk mengunyah makanannya, tetapi memiliki tembolok.
Burung memiliki sayap yang dapat membantunya terbang. Burung adalah hewan yang suhu tubuhnya tetap (homoioterm). Burung bernapas dengan paru-paru. Selain itu, pernapasan burung dibantu oleh pundi-pundi udara ketika terbang.
Burung melakukan fertilisasi di dalam tubuh betinanya. Setelah fertilisasi terjadi, burung akan bertelur dan akan mengerami hingga menetas. Contoh spesies kelas Aves antara lain, ayam kampung (Gallus domestica), merpati (Columba fasciata), burung gereja (Passer montanus), dan angsa (Cygnus sp.).
e. Kelas Mammalia
Mammalia berasal dari bahasa latin, yaitu mammae yang artinya kelenjar susu. Kelas Mammalia terdiri atas sekitar 5.000 jenis yang dikelompokkan menjadi 26 ordo. Karakteristik umum pada Mammalia adalah:
1) memiliki rambut;
2) memiliki tiga tulang di telinga bagian tengah;
3) memiliki kelenjar susu.
Mammalia memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan dengan hewan Vertebrata lainnya. Suhu badan Mammalia tetap atau tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan luarnya (homoioterm). Alat pernapasan Mammalia adalah paru-paru. Mamalia juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.
Adaptasi Mamalia di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Mammalia mengembangkan beberapa cara adaptasi tingkah laku yang membantunya sukses bertahan hidup.
2) Gigi Mammalia berfungsi memotong, merobek, dan mengunyah. Selain itu, giginya memiliki email tebal yang melindungi gigi.
3) Mammalia memiliki kemampuan untuk bergerak cepat.
4) Ukuran otaknya lebih besar dibandingkan dengan hampir semua binatang lain.
5) Mammalia memiliki kontrol kendali suhu tubuh yang efisien dibandingkan dengan kelompok burung.
6) Memiliki rambut yang berfungi sebagai isolasi atau penyekat panas.
7) Kelenjar susunya menyediakan susu untuk hewan yang masih muda.
Mammalia dikelompokkan dengan berbagai kriteria. Contohnya pengelompokan berdasarkan makanannya (contohnya karnivora) dan berdasarkan bentuk gigi (contohnya rodentia). Mammalia memiliki banyak sekali ordo. Berikut beberapa ordo pada Mammalia sebagai berikut.
1) Monotremata (Mammalia berparuh), contohnya Platypus (Ornitherynchus anatinus).
2) Karnivora (Mammalia pemakan daging), contohnya kucing (Felis domestica).
3) Rodentia (Mammalia pengerat), contohnya tikus mencit (Mus musculus).
4) Cetacea (Mammalia air), contohnya paus (Balanoptera borealis).
5) Chiroptera (Mammalia besayap), contohnya kelelawar (Myotes sp.).
6) Marsupialia (Mammalia berkantung), contohnya kanguru (Macropus sp.).
7) Probosoidea (Mammalia berprobosis), contohnya gajah (Elephas maximus).
8) Primata, contohnya bekantan (Nasalis larvatus).
B. Manfaat Kingdom Animalia
Kingdom Animalia yang begitu berlimpah dan beraneka ragam di bumi ini tentu memiliki manfaat yang sangat banyak pula. Dari mulai Porifera hingga Mamalia, memiliki peran serta manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pada Porifera, banyak organisme anggotanya yang memiliki peran bagi manusia, seperti menghasilkan spons yang dapat dipakai sebagai alat pembersih. Mollusca banyak yang menguntungkan, di antaranya sebagai sumber makanan bagi kita, seperti cumi-cumi dan kerang yang kaya akan protein. Selain itu, Mollusca juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti pada kerang penghasil mutiara.
Arthropoda memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Beberapa dapat dijadikan sumber makanan bagi manusia, seperti udang dan kepiting. Kupu-kupu dan serangga lainnya pun sangat bermanfaat untuk membantu proses penyerbukan pada tumbuhan. Ada juga lebah yang menghasilkan madu yang dapat dikonsumsi dan menjadi obat untuk tubuh kita.
Pada Vertebrata, mulai dari Pisces hingga Mammalia, sudah memiliki manfaat yang jelas bagi manusia. Pisces merupakan sumber protein yang tinggi bagi manusia. Amphibia dan Reptilia juga memiliki peranan tersendiri dalam keseimbangan alam di bumi ini. Aves dan Mammalia sangat berguna untuk manusia karena dapat dimanfaatkan, baik telur maupun dagingnya.
0 Komentar untuk "Kingdom Animalia: Klasifikasi dan Manfaat bagi Kehidupan Manusia"
Post a Comment
Silahkan ditanyakan jika ada yang bingung