Interaksi Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi
Karp dan Yoels seperti dikutip oleh Kamanto Sunarto (2000) mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi, seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hadapannya. Manakala ia asing bagi kita karena kita tidak mengetahui riwayat hidupnya dan tidak tahu kebudayaannya, maka interaksi sosial sukar dilakukan. Menurut Karp dan Yoels, orang mencari informasi mengenai orang yang dihadapinya dengan mengamati ciri fisik yang diwarisi sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia, ras, serta penampilan atau daya tarik fisik, penampilan busana, dan percakapan.
Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras seperti Amerika Serikat pada masa lampau, interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.
Perlakuan berbeda akan dialami oleh orang kulit hitam saat berinteraksi dengan orang kulit putih. Seperti tampak dalam kisah yang diceritakan oleh Kamanto Sunarto (2000) berikut. Pada suatu hari mobil seorang dosen berwarna kulit hitam mogok di suatu kota kecil di daerah selatan Amerika Serikat. Sang dosen ditolong oleh seorang agen polisi berwarna kulit putih. Meskipun tahu bahwa pengemudi mobil berkulit hitam itu seorang dosen, tetapi polisi itu menyapa si dosen dengan panggilan ”boy” dan meminta agar dosen itu menyapanya dengan sapaan ”sir”.
Ini suatu aturan di masa lampau yang berlaku dalam interaksi antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam. Aturan itu menganggap bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada orang kulit hitam (white supremacy). Permintaan untuk disebut ”sir” dan pemakaian sebutan ”boy” seperti itu tidak akan dilakukan si polisi seandainya warna kulit pengemudi mobil yang mogok tersebut putih, walaupun status sosialnya lebih rendah daripada posisi dosen. Beberapa ciri fisik yang dapat memberikan informasi bagi orang yang berinteraksi sebagai berikut.
a. Usia
Terdapat perbedaan sikap dan perbuatan individu saat berinteraksi dengan orang yang dianggap lebih tua, seperti kakek, nenek, ayah, ibu, paman, atau bibi. Perbedaan itu tampak ketika dibandingkan dengan sikap dan perbuatan individu saat berinteraksi dengan orang yang sebaya atau dengan orang yang lebih muda.
b. Jenis Kelamin
Kalian tengah mengungkapkan kekesalan mengenai suatu hal kepada seorang teman yang kebetulan berjenis kelamin sama dengan kalian, misalnya sesama laki-laki. Kalian tentu merasa bebas mengekspresikan emosi sehingga tidak sadar keluar katakata yang tidak sopan. Akan tetapi, ketika datang seorang teman perempuan, bagaimana sikap dan tindakanmu kali ini? Apakah sikap dan tindakanmu akan berubah? Jenis kelamin sangat memengaruhi interaksi. Jika kita berinteraksi dengan orang yang jenis kelaminnya tidak jelas (waria), sering kita mengalami kebingungan untuk menyapanya. Sapaan mana yang akan kita pilih? ”Pak”, ”bu”, ”mas”, atau ”mbak”? Untuk menghindari kesulitan interaksi itu, orang lebih memilih untuk tidak berinteraksi.
c. Penampilan Fisik
Orang yang berpenampilan fisik menarik akan lebih mudah bergaul. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang merasa senang berinteraksi dengannya. Sedangkan orang yang berpenampilan fisik tidak menarik sering mengalami kesulitan dalam pergaulan.
d. Penampilan Berbusana
Jika kamu masuk ke perkantoran dengan berpakaian formal, bagaimana perlakuan petugas yang menemuimu? Seandainya kamu mengganti pakaianmu dengan kaus tanpa kerah dan celana jins, apakah petugas itu akan memperlakukanmu dengan hormat? Pengalaman semacam itu menunjukkan bahwa pakaian yang kita kenakan memengaruhi interaksi yang kita lakukan.
e. Percakapan
Kata-kata yang diucapkan oleh seseorang juga memengaruhi dalam berinteraksi. Dalam suatu percakapan kita mungkin pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat ”Saya kemarin tidak dapat hadir karena mendadak dipanggil pak menteri.”; ”Tiap hari saya pergi ke kantor naik BMW ini.”; atau ”Kemarin saya baru tiba dari Swiss, lusa saya harus terbang ke Jerman.” Ungkapanungkapan itu berfungsi untuk menunjukkan status orang yang berbicara. Dia berharap lawan interaksinya mengetahui bahwa dia berkuasa, kaya, atau mempunyai prestise.
Dari berbagai macam sumber informasi yang digunakan manusia, Karp dan Yoels menyimpulkan bahwa interaksi merupakan suatu keahlian yang memerlukan kemampuan yang tinggi. Agar dapat berinteraksi, orang harus memperhitungkan semua sumber tersebut. Namun, proses itu tidak selalu lancar dan tepat. Kekeliruan dan salah paham pun sering terjadi karena informasi yang diperoleh dapat saling bertentangan.
Misalnya, seseorang yang berpakaian sebagai laki-laki eksekutif tetapi menampilkan gerak-gerik mencurigakan seperti gerakgerik seorang pencopet. Oleh karena itu, seseorang yang terlibat dalam interaksi harus dapat memilah berbagai macam informasi yang diterima sehingga dapat memaknainya dengan tepat.
Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA / Penulis Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman
Perlakuan berbeda akan dialami oleh orang kulit hitam saat berinteraksi dengan orang kulit putih. Seperti tampak dalam kisah yang diceritakan oleh Kamanto Sunarto (2000) berikut. Pada suatu hari mobil seorang dosen berwarna kulit hitam mogok di suatu kota kecil di daerah selatan Amerika Serikat. Sang dosen ditolong oleh seorang agen polisi berwarna kulit putih. Meskipun tahu bahwa pengemudi mobil berkulit hitam itu seorang dosen, tetapi polisi itu menyapa si dosen dengan panggilan ”boy” dan meminta agar dosen itu menyapanya dengan sapaan ”sir”.
Ini suatu aturan di masa lampau yang berlaku dalam interaksi antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam. Aturan itu menganggap bahwa orang kulit putih lebih unggul daripada orang kulit hitam (white supremacy). Permintaan untuk disebut ”sir” dan pemakaian sebutan ”boy” seperti itu tidak akan dilakukan si polisi seandainya warna kulit pengemudi mobil yang mogok tersebut putih, walaupun status sosialnya lebih rendah daripada posisi dosen. Beberapa ciri fisik yang dapat memberikan informasi bagi orang yang berinteraksi sebagai berikut.
a. Usia
Terdapat perbedaan sikap dan perbuatan individu saat berinteraksi dengan orang yang dianggap lebih tua, seperti kakek, nenek, ayah, ibu, paman, atau bibi. Perbedaan itu tampak ketika dibandingkan dengan sikap dan perbuatan individu saat berinteraksi dengan orang yang sebaya atau dengan orang yang lebih muda.
b. Jenis Kelamin
Kalian tengah mengungkapkan kekesalan mengenai suatu hal kepada seorang teman yang kebetulan berjenis kelamin sama dengan kalian, misalnya sesama laki-laki. Kalian tentu merasa bebas mengekspresikan emosi sehingga tidak sadar keluar katakata yang tidak sopan. Akan tetapi, ketika datang seorang teman perempuan, bagaimana sikap dan tindakanmu kali ini? Apakah sikap dan tindakanmu akan berubah? Jenis kelamin sangat memengaruhi interaksi. Jika kita berinteraksi dengan orang yang jenis kelaminnya tidak jelas (waria), sering kita mengalami kebingungan untuk menyapanya. Sapaan mana yang akan kita pilih? ”Pak”, ”bu”, ”mas”, atau ”mbak”? Untuk menghindari kesulitan interaksi itu, orang lebih memilih untuk tidak berinteraksi.
c. Penampilan Fisik
Orang yang berpenampilan fisik menarik akan lebih mudah bergaul. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang merasa senang berinteraksi dengannya. Sedangkan orang yang berpenampilan fisik tidak menarik sering mengalami kesulitan dalam pergaulan.
d. Penampilan Berbusana
Jika kamu masuk ke perkantoran dengan berpakaian formal, bagaimana perlakuan petugas yang menemuimu? Seandainya kamu mengganti pakaianmu dengan kaus tanpa kerah dan celana jins, apakah petugas itu akan memperlakukanmu dengan hormat? Pengalaman semacam itu menunjukkan bahwa pakaian yang kita kenakan memengaruhi interaksi yang kita lakukan.
e. Percakapan
Kata-kata yang diucapkan oleh seseorang juga memengaruhi dalam berinteraksi. Dalam suatu percakapan kita mungkin pernah mendengar seseorang mengucapkan kalimat ”Saya kemarin tidak dapat hadir karena mendadak dipanggil pak menteri.”; ”Tiap hari saya pergi ke kantor naik BMW ini.”; atau ”Kemarin saya baru tiba dari Swiss, lusa saya harus terbang ke Jerman.” Ungkapanungkapan itu berfungsi untuk menunjukkan status orang yang berbicara. Dia berharap lawan interaksinya mengetahui bahwa dia berkuasa, kaya, atau mempunyai prestise.
Dari berbagai macam sumber informasi yang digunakan manusia, Karp dan Yoels menyimpulkan bahwa interaksi merupakan suatu keahlian yang memerlukan kemampuan yang tinggi. Agar dapat berinteraksi, orang harus memperhitungkan semua sumber tersebut. Namun, proses itu tidak selalu lancar dan tepat. Kekeliruan dan salah paham pun sering terjadi karena informasi yang diperoleh dapat saling bertentangan.
Misalnya, seseorang yang berpakaian sebagai laki-laki eksekutif tetapi menampilkan gerak-gerik mencurigakan seperti gerakgerik seorang pencopet. Oleh karena itu, seseorang yang terlibat dalam interaksi harus dapat memilah berbagai macam informasi yang diterima sehingga dapat memaknainya dengan tepat.
Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA / Penulis Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman
0 Komentar untuk "Interaksi Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi"
Post a Comment
Silahkan ditanyakan jika ada yang bingung